Pada zaman dahulu kala di suatu tempat yang masih termasuk wewengkon desa cieurih terdapat sebuah tempat pertapaan tepatnya di paleben, kata paleben berasal dari kata palebean di pondok itu terdapat pohon ilalang yang tingginya melebihi batas dan dibawanya terdapat mata air mengalir ke pesantren dan pemukiman warga saking suburnya tempat tersebut menjadi rebutan antar penduduk setempat dengan pihak luar satu hal lagi di wewengkon cieurih juga terdapat perkumpulan para alim ulama seluruh tanah jawa tepatnya di kampong jagasara, kata jagasara diambil dari kata jaga dan sara, jaga berarti menjaga dan sara artinya saryat, kampong ini juga sumber mata airnya di aliri dari wewengkon paleben.
Dikarenakan sering terjadi kekacauan yaitu perebutan wewengkon paleben maka bersatulah antara paleben dengan jagasara tapi diluar dugaan wewengkon paleben mengalami bencana alam sehingga tanah tersebut menjadi rata, tapi anehnya ilalang tersebut menjulang tinggi tetap utuh dan airnya masih mengalir dengan baik dengan demikian terbentuklah sebuah nama desa Cieurih yang artinya Cai dan Eurih (ilalang) yang menunjukan kekuatan kebersamaan kesinambungan kegotong royongan di dalam pemerintahan desa yang sekarang berdiri dengan nama Cieurih..